Gedung Lemhanas adalah sebuah desain dari sebuah sayembara terbuka yang di selenggarakan Ikatan Arsitek Indonesia. Dalam prosesnya kami mencoba menggali sedalam mungkin tentang konsep sebuah gedung perkantoran yang memiliki jiwa nasionalisme serta sesuai dengan konsep ketahanan nasional. Dari sebuah proses diskusi dengan tim dan renungan yang dalam akhirnya muncul sebuah kesimpulan bahwa persatuan yang kokoh adalah modal utama dalam ketahanan nasional. Ide ini lalu kami jabarkan dengan beberapa pendekatan arsitektural. Seperti, bagaimana bangunan baru ini nanti berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya yang telah mengakar kuat nilai historis. Bagaimana gubahan massa nantinya mampu membawa pesan dan misi untuk generasi kini dan yang akan datang. Bagaimana bangunan ini akan memberi nilai estetis serta menjalankan fungsinya sebagai gedung perkantoran yang representative. Dan secuil dari rasa ego, bagaimana arsitektur itu sendiri berbicara.
INTERLOCKING
Adalah satu kata yang langsung terngiang di benak kami yang bisa menggambarkan sebuah persatuan, menggambarkan bangunan seperti apa sekiranya nanti yang akan muncul. Dari gubahan massa, poporsi solid-transparan, komposisi berat-ringan, detail patern façade, dan hal-hal lain yang akan memperkuat karakter desainnya.
Secara garis besar, massa bangunan terdiri dari dua buah masa utama. Massa bangunan yang satu di buat dengan karakter masif, kokoh, kuat, dan seolah “mengurung” bangunan yang transparan, ringan dan cenderung rapuh. Sebagai symbol bersatunya perbedaan, yang kuat melindungi yang lemah. Di antar kedua massa tersebut di tempatkan balkon-balkon besar menghadap ke arah monas untuk “berdialog” dengan pusat kawasan. Balkon tersebut berhiaskan diorama-diorama yang berkaitan dengan sejarah bangsa indonesia terkait ketahanan nasional. Yang secara hierarkhi, semakin ke level lantai atas, diorama tersebut semakin menggambarkan era sekarang sebagai sebuah pembelajaran yang runut dan utuh. Dan di puncak balkon kami tiadakan diorama lagi sebagai semacam ruang berkontlempasi merenungkan ketahanan nasional dengan vocalview utama tetap menghadap ke monas.
Pada area podium, adanya bangunan eksisting bertema kolonial setinggi satu lantai menjadi pertimbangan kami untuk bisa terjalin komunikasi yang baik antara bangunan lama derngan bangunan yang baru. Hal tersebut kami pecahkan solusinya dengan membuat bukaan yang besar serta bermatrialkan transparan. Di depan area podium kami sertakan pula ruang terbuka hijau sebagai penghubung. Ruang terbuka ini nantinya di harapkan mampu menghidupkan dua bangunan sekaligus dengan aktivitas usernya.