Masterplan ini dirancang berdasarkan konsep Surya Majapahit dengan delapan sumbu utama yang merepresentasikan arah mata angin. Setiap sumbu berfungsi sebagai elemen pengarah ruang sekaligus simbol keseimbangan dan tatanan kosmis. Pendekatan ini menghadirkan keterpaduan antara nilai simbolik dan fungsi perancangan, sehingga sejarah Majapahit dapat terintegrasi dengan kebutuhan ruang masa kini. Alur perancangan disusun menggunakan konsep Kronologi Terbalik, yang dimulai dari fase akhir runtuhnya peradaban Majapahit, kemudian bergerak mundur menelusuri jejak-jejak sejarah melalui peninggalan dan narasi masyarakat. Perjalanan ruang ini mencapai puncaknya pada representasi masa kejayaan Majapahit, saat kerajaan tersebut menjadi pusat politik, budaya, dan peradaban di Nusantara.





